TUGAS
FISIOLOGI
DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN
PASCA
PANEN PADA BUAH MANGGA
OLEH
1.
Ika Maulani Meiyarti (C1M013086)
2.
Irwan Munazir (C1M013090)
3.
Karima Amalia (C1M013099)
4.
Khairil Masa (C1M013101)
5.
Lina Yusiani (C1M013110)
6.
Markawi (C1M013118)
7.
Marsinah (C1M013120)
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
MATARAM
2016
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Buah Mangga (Mangifera indica L.)
merupakan buah tropis yang disukai oleh konsumen dari berbagai kalangan dan
banyak ditanam di Indonesia. Rasa buahnya yang beragam, mulai dari yang enak
dimakan sebagai buah segar sampai yang asam dan sangat berserat sehingga baru
enak bila telah diolah terlebih dahulu. Buah mangga juga merupakan salah satu
dari lima komoditas unggulan komersial Indonesia, disamping buah manggis,
pisang, jeruk dan durian.
(Direktorat
Budidaya Tanaman Buah,2006).
Kandungan gizi pada buah mangga,
bermanfaat bagi perbaikan gizi masyarakat, terutama pada kandungan gizi vitamin
A dan vitamin C. Daging buah mangga yang berwarna merah oranye, banyak
mengandung vitamin A yang sangat dibutuhkan tubuh manusia. Tidak semua buah
mangga mengandung vitamin A dalam jumlah yang sama. Kandungan vitamin A
berkisar antara 1.200–16.400 SI, kandungan vitamin A terbesar adalah mangga
gedong (16.400 SI). Selain vitamin A, buah mangga juga mengandung vitamin C
yaitu berkisar antara 6–30 mg/100 gram buah (Suyanti, Sulusi Prabawati dan
Setyadjit, 2006).
Buah Mangga (Mangifera indica L.)
merupakan salah satu buah andalan Indonesia yang tersedia melimpah pada saat
panen raya (September-Desember). Total produksinya tercatat cenderung meningkat
dari tahun ke tahun hingga mencapai lebih dari 1,3 juta ton pada tahun 2010
(angka sementara) dan menduduki peringkat ke-4 setelah nenas (BPS, 2011).
Salah satu kendala yang dihadapi
ialah buah-buahan memiliki sifat yang mudah rusak (perishable) sehingga setelah
panen buah-buahan memerlukan penanganan yang khusus. Menurut Setyadjit dan
Sjaifullah (1992) total kehilangan hasil pada buah mangga akibat penanganan
pasca panen yang kurang tepat diperkirakan mencapai 30%. Kehilangan hasil
disebabkan oleh penanganan yang kurang baik atau terjadinya proses respirasi,
transpirasi dan perubahan fisik lain selama penyimpanan yang menyebabkan mutu
buah berangsur-angsur menurun (Pantastico, 1993).
Disamping diperlukan cara pemanenan
yang baik, untuk memperlambat proses pemasakan buah, diperlukan pula penanganan
pasca panen yang tepat. Teknik-teknik memperpanjang daya simpan buah mangga
yang dapat dilakukan antara lain dengan perlakuan infiltrasi kalsium klorida,
poliamin, pelapisan lilin, pembungkusan dalam kantong plastik dan pemyimpanan
suhu dingin. Penyimpanan pada suhu dingin merupakan cara efektif dalam
memperlambat proses pemasakan jika dalam kisaran yang tidak menyebabkan chilling injury.
Penggunaan teknik-teknik pasca panen
telah terbukti dapat mempertahankan kesegaran buah dan meningkatkan daya simpan
buah seperti dengan perlakuan infiltrasi kalsium klorida pada buah mangga dan
apel, infiltrasi poliamin pada buah strawberry dan papaya, pelilin pada jeruk,
apel dan pear dan penyimpan pada suhu dingin pada mangga.
b.
Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk
mengetahui teknik pemanenan, pengepakan, penyimpanan, transportasi dan
keinginan konsumen pada buah mangga.
PEMBAHASAN
a.
Pemanenan
Buah mangga dipanen dengan tingkat
ketuaan 85% yaitu berumur 110 – 120 hari semenjak bunga mekar dengan warna
hijau dengan pangkal kemerahan. Buah mangga dipanen dengan menyisakan tangkai
sepanjang 10 - 15 mm. Hal ini dikarenakan dengan menyisakan tangkai tidak akan
terjadi penyebaran getah. Getah ini diperkirakan akan mempercepat kerusakan
buah dan mendorong terjadinya stem end rot dan akan mengotori permukaan
buah sehingga buah tetap terlihat bersih (Anonim, 1994). Dalam tahap pemanenan buah
tidak boleh dilempar untuk mengurangi kerusakan akibat memar.
Waktu panen dan cara petik yang
tepat dapat menekan kerusakan dan meningkatkan kualitas terutama untuk
pemasaran eskspor. Waktu petik yang
disarankan adalah pada pagi hari yaitu pada pukul 07.00 - 08.00 WIB. Tetapi
pada beberapa daerah tertentu, waktu petik lebih disesuaikan pada budaya serta
kebiasaan daerah setempat. Setelah pemetikan sebaiknya buah jangan langsung
terkena sinar matahari karena akan mempercepat kerusakan buah (Firdaus dan Wagiono,
2008).
Pemanenan buah mangga pada ketinggian yang
rendah/ dapat dijangkau dapat dilakukan dengan gunting atau pisau yang dijaga
ketajamannya dengan baik. Penduncles atau tangkai buah yang berkayu atau
berduri hendaknya di pangkas sedekat mungkin dengan buah untuk mencegah buah
untuk menghindari kerusakan antar buah disampingnya selama transportasinya.
Sedangkan pada buah mangga yang berada pada tempat yang tinggi atau sulit
dijangkau pemanenan dapat dilakukan dengan alat pemotong dilekatkan pada galah
panjang, pinggiran pemotong hendaknya dijaga tetap tajam dan tas penangkap
hendaknya relative kecil. Sudut pinggiran pemotong dan bentuk tas penangkap
dapat berpengaruh terhadap mutu buah yang dipanen.
Tanaman buah-buahan kadang-kadang cukup
tinggi dan membiarkan buah jatuh ke
tanah
saat dipotong dari tanamannya akan mengakibatkan memar berat. Jika dua
orang
pemetik bekerjasama, satu memotong atau memetik buah dari pohonnya dan
yang
lainnya memegang sak untuk menangkap jatuhannya. Penangkap memegang sak
atau
tas dengan tangan-tangannya dan satu kaki, tangkap buah yang jatuh dan
rendahkan
bagian ujung tas untuk memungkinkan buah menggelinding dengan aman ke
tanah.
Pengumpulan buah mangga hasil panen di
kebun dilakukan dalam tempo yang singkat di tempat yang terlindung dari sinar
matahari dan diupayakan tidak kontak langsung dengan tanah. Hal tersebut
dimaksudkan agar buah mangga tercegah dari susut bobot dan terkontaminasi
mikroba patogen. Penempatan dengan hati-hati buah mangga dalam bentuk curah
dalam wadah atau kemasan yang kokoh untuk memudahkan pengangkutannya ke tempat
penanganan. Kapasitas kemasan kebun tidak lebih dari 30kg untuk melindungi buah
mangga dari kerusakan mekanis seperti memar, luka dan pecah akibat benturan dan
tumpukan antar buah. Selain itu, higienis dan sanitasi kemasan kebun termasuk
peralatan pendukung dan alat angkutnya harus mendapatkan perhatian yang serius.
Pengangkutan ke tempat penanganan dilakukan segera setelah hasil panen
terkumpul dan terkemas dengan baik untuk mendapatkan perlakuan selanjutnya.
Pencucian/
pembersihan buah mangga dilakukan untuk menghilangkan kotoran ( debu, tanah,
pasir dan bebatuan), sisa dedaunan dan ranting, residu pestisida dan getah yang
menempel sehingga memiliki nilai jual yang baik. Pencucian dapat dilakukan
dengan penyemprotan, perendaman dan pembilasan, penyekatan dengan kain basah
dan penyikatan yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Air pencuci
yang mengandung senyawa “pembersih” dalam jumlah tertentu diperlukan untuk memperkecil
kemungkinan penularan mikroba pathogen dari air ke buah mangga yang dicuci,
dari buah terinfeksi ke buah yang sehat dalam satu kemasan/lot yang lain.
Senyawa pembersih sering digunakan antara lain senyawa klorin (kalsium hipoklorit, natrium hipoklorit,
gas klorin, fan klorin dioksida),
senyawa iodine, ozon, asam peroaksiasetat dan hydrogen peroksida. Pencucian juga dapat
menghilangkan noda getah yang menempel pada permukaan kulit dengan larutan
0,5-5% CaCO3 kemudian dibilas dengan larutan 1% aluminium potassium sulphate. Penghilangan air setelah pencucian
dapat dilakukan dengan penirisan buah mangga dalam rak-rak pada kondisi RH
rendah, menggunakan penyeka busa penyerap air dan menggunakan aliran udara
kering dari kipas angin.
b.
Pengepakan/Pengemasan
-
Sortasi dan Grading
Setelah
pemanenan, dilakukan sortasi dan grading. Hal ini dilakukan untuk memperoleh
buah dengan ukuran, tingkat kematangan dan kualitas yang seragam. Sortasi
bertujuan untuk memisahkan buah yang layak dijual dan tidak layak dijual agar
diperoleh buah yang seragam bentuk, warna, ukuran dan kematangannya, sedangkan
grading dilakukan untuk memperoleh buah yang seragam ukurannya (besar, sedang,
kecil atau sangat kecil) (Setyabudi, 2007).
-
Pelilinan
Dalam
penanganan pasca panen mangga pelilinan atau waxing dapat menekan laju
respirasi sehingga perlakukan ini merupakan salah satu alternatif untuk
memperpanjang masa simpan buah mangga. Pelilinan akan menghambat proses
respirasi sehingga perubahan kimiawi yang terjadi pada buah mangga relatif
terhambat, dengan terjadinya penghambatan respirasi akan menunda kematangan
buah. Melakukan pelilinan pada buah mangga dapat menurunkan serangan antracnosa
dan buah memiliki penampakan yang lebih baik secara fisik dan kimia dengan
kerusakan minimal.
Pelilinan
tradisional dilakukan dengan menggunakan minyak biji kapas atau minyak kacang,
namun sekarang jarang digunakan, yang umum digunakan adalah menggunakan emulsi
lilin. Lilin (wax) merupakan ester dari asam lemak berantai panjang dengan
alkohol monohidrat berantai panjang atau sterol. Lilin yang digunakan untuk
pelapisan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: tidak mempengaruhi bau dan
rasa buah, cepat kering, tidak lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin,
tipis, tidak mengandung racun, harga murah dan mudah diperoleh contohnya yaitu
lilin carnuba, shellac, lilin lebah (cera
vlava), lilin tebu, spermaceti dan lilin buah komersial (decco wax lustr wax 231, semperfresh).
Lilin
diberikan dalam bentuk emulsi. Penggunaan emulsi lilin dalam air lebih aman
dibandingkan pelarut jenis lain yang mudah terbakar. Emulsi lilin dalam air
dapat langsung digunakan tanpa harus mengeringkan buah terlebih dahulu. Emulsi
lilin hendaknya menggunakan air suling/aquades, tidak boleh menggunakan air
sadah karena garam-garam yang terkandung dalam air sadah akan merusak emulsi
lilin. Bahan pengemulsi yang biasa digunakan adalah trietanolamina (TEA) dan
asam oleat.
-
Pengemasan
Pengemasan buah mangga dalam tempat
penanganan ditujukan untuk melindungi dari kerusakan mekanis akibat benturan,
gesekan, dan tumpukan serta mencegah kontaminasi selama distribusi
pemasarannya; memudahkan pemindahan atau pergerakan untuk perlakuan berikutnya
dan memberikan estetika untuk menarik konsumen agar tertarik membeli.
Pengepakan/pengemasan
buah untuk konsumen sering dilakukan dengan membungkus buah dengan plastik
ataupun bahan lain yang kemudian dimasukkan ke dalam wadah (kontainer) yang
lebih besar. Bahan pembungkus lainnya dapat berupa bahan pulp maupun
kertas. Buah-buah dalam wadah disesuaikan dengan kualitas yang diinginkan.
Dalam satu wadah dapat terdiri hanya satu buah atau terdiri dari banyak buah.
Buah-buah tersebut diatur peletakannya secara rapi sehingga kemungkinan
berbenturan satu sama lainnya tidak terjadi. Sedangkan bahan wadah yang dapat
digunakan dapat berupa kertas karton (dalam berbagai tipe dan jenis), peti
kayu, ataupun plastik. Kelengkapan kemasan seperti bantalan, sobekan kertas,
pembatas, pembungkus, dapat digunakan untuk mencegah pergerakan bahan dalam
kemasan dan mempermudah upaya mempertahankan kelembaban dan perlakuan khusus
tersebut.
c.
Penyimpanan
Buah
sebelum disimpan perlu dilakukan adaptasi suhu. Adaptasi suhu diperlukan untuk
mencegah terjadinya chilling injury. Pada penelitian ini adaptasi suhu dilakukan
pada suhu 15°C selama 24 jam. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang
menggunakan suhu adaptasi pada 15°C yang dapat mempertahankan kesegaran buah
selama 4 minggu (Lam and Ng, 1984). Setelah buah dikemas kemudian dilakukan
adaptasi pada cold room. Setelah tercapai suhu yang diinginkan, buah
dipindahkan ke ruang berpendingin dengan suhu 10°C untuk penyimpanan.
Umur
kesegaran mangga dapat dipertahankan hingga 2 – 3 minggu bila disimpan pada
kondisi suhu 13OC dan kelembaban 85 – 90 persen. Namun demikian
beberapa varietas masih dapat bertahan pada suhu yang lebih rendah yaitu 10OC
Di bawah suhu tersebut merupakan kondisi yang tidak baik bagi penyimpanan
mangga.
Penyimpanan buah mangga pada sistim
udara terkendali nampaknya tidak memberikan banyak keuntungan dalam
perpanjangan masa simpan. Kondisi penyimpanan udara terkendali untuk buah
mangga yang aman adalah bersuhu 13OC dengan kadar CO2 :
5% dan kadar O2 : 5%.
Prapendinginan
(precooling) perlu dilakukan untuk buah mangga yang akan ditangani lebih lanjut
dalam rantai dingin. Hal tersebut dilakukan untuk menurunkan panas lapangan
dari buah mangga yang bersangkutan agar lebih cepat mencapai suhu yang sesuai
atau tidak membebani energi yang diperlukan untuk rangkaian perlakuan dalam
rantai dingin berikutnya. Prapendinginan secara umum dapat dilakukan dengan room cooling,forced air cooling, hydro cooling, packed icing dan vacuum cooling. Dalam beberapa kasus
tertentu prapendinginan dapat sekaligus berfungsi sebagai sarana pencucian
khususnya apabila menggunakan hydro
cooling dengan penyemprotan air dingin bersuhu 8oC mampu
menurunkan suhu lapangan mangga Arumanis dari 32oC menjadi 15oC
selama 1 jam 15 detik dengan tampilan buah mangga yang bersih dan terjaga
kesegarannya hingga 22 hari pada suhu penyimpanan 15oC (Wisnu,
1993).
Menempatkan bahan di atas lantai di bawah karung
atau karton yang berisi produk mencegah kelembaban menyentuh produk yang
memerlukan kondisi kering dalam penyimpanan. Hal ini membantu kemungkinan
serangan jamur, sementara lainnya memperbaiki ventilasi dan/atau sanitasi di
dalam ruang penyimpanan. Beberapa contoh bahan yang bermanfaat adalah berikut
d.
Transportasi
Pengelolaan
suhu sangatlah penting dalam pengangkutan dengan jarak tempuh jauh, untuk itu
muatan harus disusun sedemikian rupa agar terjadi sirkulasi udara yang baik
yang dapat membawa keluar panas yang dihasilkan oleh produk dan juga akibat
hawa panas yang datang dari udara sekitarnya serta panas jalan. Sarana angkutan
yang dipakai harus mempunyai insulasi yang baik sehingga suhu muatan yang telah
didinginkan terlebih dahulu atau di pre-cool dapat dijaga dan mempunyai
ventilasi yang baik sehingga udara bisa mengalir melalui produk. Selama
pengangkutan, produk hasil pertanian harus disusun sedemikian rupa sehingga kerusakan
dapat diminimumkan kemudian diperkuat dan aman. Muatan atau produk dalam
kendaraan bak terbuka dapat diatur sedemikian rupa sehingga udara bisa mengalir
melalui produk yang dapat mendinginkan produk itu sendiri selama kendaraan
melaju. Perjalanan pada malam dan pagi hari bisa mengurangi beban panas (heat
load) pada kendaraan yang mengangkut hasil panen. Pengemudi kendaraan yang
terlibat dalam pengantaran produk harus dilatih terlebih dahulu tentang
bagaimanan caranya memuat dan menangani muatan mereka. Pengemudi kendaraan
sering pindah tempat kerja (di Amerika Serikat dilaporkan pengemudi bekerja di
satu perusahaan rata-rata hanya selama 3.5 tahun) sehingga pelatihan harus
selalu diperhatikan (Hagen, et al., 1999).
Beberapa
dokumen melaporkan bahwa pengangkutan campuran beberapa jenis produk
hortikultura di Amerika Utara adalah hal yang biasa dilakukan, khususnya untuk
pengiriman sayur-sayuran (Hagen, et al., 1999). Muatan campuran dapat menjadi
masalah yang serius jika suhu optimal tidak sesuai (contohnya dalam pengiriman
buah yang sensitif terhadap kerusakan suhu dingin besama-sama dengan komoditas
yang membutuhkan suhu yang sangat rendah) atau ketika pengiriman campuran
antara komoditas yang memproduksi etilen dengan komoditas yang sensitif terhadap
etilen. Komoditas pertanian yang memproduksi etilen tinggi seperti pisang, apel
dan melon yang matang) bisa menyebabkan kerusakan fisik dan/atau perubahan
warna, rasa dan tekstur yang tidak diinginkan terhadap komoditas yang sensitif
terhadap etilen (seperti selada, mentimun, wortel, kentang, dan ubi jalar).
Berbagai macam penutup palet bisa digunakan untuk menutupi produk yang
didinginkan selama proses penanganan dan pengangkutan. Penutup dari bahan
polietilen harganya murah dan ringan, serta melindungi palet dari debu,
kelembaban dan mengurangi peningkatan suhu. Penutup berinsulasi ringan dapat
melindungi muatan dari proses peningkatan panas untuk beberapa jam (misalnya,
jika terjadi penundaan proses pemuatan). Penutup berinsulasi tebal terkadang digunakan
untuk melindungi produk –produk tropis dari hawa dingin pada saat pengiriman
selama musim dingin.
Pemuatan produk ke dalam kontainer harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga produk
tidak
bersentuhan langsung dengan dinding dan lantai kendaraan pengangkut untuk
mengurangi terjadinya perpidahan panas dari lingkungan luar. Pada diagram di
bawah menggambarkan seberapa banyak kotak karton yang bersentuhan langsung
dengan dinding dan lantai truk ketika kontainer diisi penuh. Hanya muatan pada
gambar kanan bawah yang sepenuhnya terlindungi dari perpindahan panas.
Penggunaan palet menjaga box karton tidak bersentuhan langsung dengan lantai,
sementara pengaturan muatan dengan meletakkannya pada bagian tengah, menyisakan
isolasi berupa ruang udara antara muatan dengan dinding luar.
e.
Keinginan
konsumen
Buah mangga biasanya dikonsumsi dalam
bentuk segar atau langsung dibuat minuman segar. Buah mangga juga dapat diolah
menjadi berbagai produk olahan seperti
1. Puree
Mangga
Puree buah mangga adalah hasil olahan buah mangga
yang berupa bubur buah mangga dan merupakan bahan baku untuk memproduksi
produk-produk olahan lebih lanjut seperti Sari Buah, Squash, Dodol dan
sebagainya. Untuk meningkatkan daya simpan, puree dapat dibekukan sebelum
diolah lebih lanjut.
2. Sari
Buah Mangga
Sari buah mangga adalah produk
minuman yang diperoleh/diperas secara mekanis dari buah mangga matang atau dari
pengenceran konsentrat sari buah mangga, tanpa fermentasi, diawetkan dan dengan
atau tanpa penambahan bahan tambahan pangan yang diijinkan SNI 01- 3719-1995, Minuman
sari buah).
3. Manisan
Mangga kering
Manisan Mangga kering (dried fruit) adalah
olahan daging mangga yang diproses melalui proses pengeringan dan gula sebagai
bahan pengawetnya.
PENUTUP
Mangga
(Mangifera indica L.) merupakan
komoditas unggulan hortikultura yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
industri hortikultur yang dapat diandalkan dan berperan aktif dalam
meningkatkan dinamika perekonomian. Buah mangga yang
dipanen mengalami berbagai bentuk stress, seperti stress hilangnya suplai
nutrisi dan mineral dari kondisi pertumbuhan alaminya, stress karena berbagai
perlakuan fisik selama penanganan pascapanen dan pendistribusiannya, dan stress
karena lingkungan sekitarnya sangat jauh berbeda dengan kondisi pada lingkungan
pertumbuhan dan perkembangan alaminya. Stress-stress tersebut mengakibatkan
kemunduran dari bagian tanaman yang dipanen dan secepatnya mengalami pelayuan
dan kematian. Dilain pihak ada kebutuhan manusia yang mengharuskan bagian
tanaman tersebut dipanen dan keinginan untuk mempertahankan bagian tanaman
tersebut setelah panen untuk hidup segar dalam jangka waktu yang lama. Sehingga
terjadi konflik antara kebutuhan manusia dengan perlakuan yang menyakitkan bagi
bagian tanaman tersebut. Untuk menjaga produk tersebut tidak segera mengalami
kematian maka dilakukanlah kompromi-kompromi melalui metode-metode penanganan
pascapanen tertentu. Untuk mendapatkan bentuk kompromi yang
optimal maka beberapa pertimbangan penting harus diperhatikan, yaitu
pertimbangan fisiologis, fisik, patologis dan ekonomis. Bentuk-bentuk kompromi
diwujudkan berupa perlakuan-perlakuan pascapanen seperti pre-sorting,
pencucian/pembersihan, pelilinan, sortasi dan grading, pengepakan/pengemasan,
penyimpanan, pengangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1994. Hasil Penelitian Hortikultura Pelita V. Puslitbanghort. Jakarta.
Badan Pusat
Statistik. 2011. Produksi Buah-buahan di
Indonesia. Jakarta : Badan Pusat Statistik
Direktorat Pengolahan
Hasil Pertanian. 2009. Standar Prosedur
Operasional Pengolahan Mangga.
Jakarta : Departemen Pertanian
Firdaus, M Dan
Wagiono, Y.K. 2008. Apakabar Daya Saing Buah Kita?. Firdausipb.Files.Wordpress.Com/2008/04/Apa-Kabar-Dayasaing-Buah-Kita.Pdf.
Hagen, J.W. Et
Al. 1999. California's Produce Trucking
Industry: Characteristics And Important
Issues. California Agricultural Technology Institute’s Center For Agricultural Business, California State University,
Fresno, California
Kitinoja, L Dan
Kader Aa. Praktik-Praktik Penanganan Pascapanen Skala Kecil: Manual Untuk Produk Hortikultura (Edisi Ke 4). California : University Of
California
Lam, P.F And
K.H. Ng. 1984. Influence Of Temperature
Adaption And Physiological Stage On The
Storage Of ‘Harumanis’ Mango. Proceeding First Australian Mango Research Workshop. Cairn. Quensland Australia. 274 –
278.
Litbang Pertanian. Departemen
Pertanian; Jakarta
Pantastico, Er.
B. 1993. Fao/Unep Expert Consultation On
Reduction Of Food Losses In Perishable
Products Of Plant Origin. (6 May 1980, Fao,, Rome). 54 Pp
Setyabudi Da. 2007. Makalah Teknologi Penanganan Pascapanen Mangga (Mangifera Indica
L). Balai Besar Penelitian Dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor.
Setyadjit Dan
Sjaifullah. 1992. Pengaruh Ketebalan
Plastik Untuk Penyimpanan Atmosfir Termodifikasi
Mangga Cv. Arumanis Dan Indramayu. Jurnal Hortikultura 2(1) 31 – 42.
Suyanti, Sulusi
Prabawati Dan Setyadjit, 2006. Pedoman
Teknis Pengolahan Mangga. Badan
Wisnu B, Setyadjit, Prabawati S, Dondy
Asb, Studi Rangkaian Penanganan Pasca
Panen Buah Mangga Dalam Rantai Fingin.
J.Hort.1993;3(3):26-35direktorat Penanganan Pasca Panen Departemen Pertanian (2006)